Geologist

Geologist

Rabu, 07 Januari 2015

Gunung Batok

Gunung Batok

Gunung Batok memiliki umur yang sama dengan Gunung Bromo. Kedua gunung ini merupakan bagian dari sistem Gunung Api yang terbentuk setelah terbentuknya Kaldera Tengger. Gunung Batok memiliki ketinggian yang hampir sama dengan Gunung Bromo di sebelahnya.

Ciri khas dari Gunung Batok adalah memiliki litologi scoria dengan ciri khas struktur vesicular. Diinterpretasikan bahwa Gunung Batok ini adalah sebuah scoria cone yang terbentuk setelah pembentukan Kaldera Tengger. Scoria ini berciri sebagai berikut : warna cokelat kemerahan, struktur vesicular, komposisi material amorf.



Gunung Batok menyajikan pemandangan yang sangat bagus dan kebanyakan orang menggambarkan Gunung Batok adalah struktur Gunung yang ideal karena bentuknya persis seperti kerucut yang khas. Setiap tahunnya gunung ini merupakan target yang dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun wisatawan lokal ketika hari libur. Selain wisatawan, Gunung ini merupakan salah satu sarana pembelajaran Vulcanologist Indonesia maupun dunia.
Gunung ini  menyajikan pola penyaluran radial yang khas dan sangat ideal. Hal ini bisa terbentuk karena litologi dari Gunung Batok ini adalah batuan yang fragmental. 

Kamis, 01 Januari 2015

MORFOSTRATIGRAFI SUNGAI CODE BAGIAN SELATAN JEMBATAN TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

MORFOSTRATIGRAFI SUNGAI CODE BAGIAN SELATAN JEMBATAN TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
Nico Andreas Nainggolan
(11/314056/TK/38033)
Teknik Geologi UGM


I.            PENDAHULUAN
Penelitian morfostratigrafi kuarter penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan proses geologi dan pengaruhnya terhadap pembangunan serta pengembangan suatu daerah yang berada dalam endapan kuarter. Daerah penelitian berada dalam bentang alam fluvial yaitu sungai Code, tepatnya di sebelah selatan Jembatan Teknik UGM (Universitas Gadjah Mada). Titik kordinat berada di UTM 430612-9141910. Sungai Code merupakan bagian aliran dari sungai Boyong di hulu. Pada awalnya peneliti membuat hipotesa bahwa sungai Code merupakan sungai teranyam (braided stream) yang berubah menjadi sungai berkelok (meander stream). Penelitian dilakukan dengan metode pengamatan langsung di lapangan. Dalam pengamatan di lapangan banyak sekali hal yang bisa dipahami dengan menerapkan salah satu hukum geologi yang dicetuskan oleh James Hutton yaitu The Present is the Key to the Past.
II.          MORFOSTRATIGRAFI
Secara harafiah kata morfostratigrafi berasal dari bahasa yunani yaitu morpho yang berarti geometri, dan stratigraphy ( strata dan graheic ) strata artinya lapisan dan grpheic artinya grafik. Berdasarkan kata tersebut dapat disimpulkan bahwa morfostratigrafi merupakan pembagian atau pengelompokan bentukan alam berdasarkan bentukan morfologinya. Pembentukan morfologi pada suatu waktu akan menjelaskan sejarah dan prosesnya. Seiring proses yang berlangsung terus menerus dalam skala waktu bisa saja terjadi proses berbeda dan menghasilkan bentukan morfologi yang berbeda di tempat yang sama.
III.             MORFOSTRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
Daerah penelitian berada di bagian selatan jembatan teknik UGM dengan dimensi panjang sungai ±75 m dan lebar sungai 15 m, stadia sungai dewasa.  Di bagian utara terdapat aliran sungai, bagian barat terdapat gedung SD (Sekolah Dasar), di bagian timur terdapat kebun warga dan di bagian selatan terdapat aliran sungai. Morfologi bentang alam fluvial yang terlihat di daerah penelitian adalah chanel bar, point bar. Selain morfologi yang dibentuk oleh alam tersebut, terdapat juga bentukan morfologi hasil konstruksi keteknikan. Sungai telah direkonstruksi untuk keperluan keteknikan dengan tujuan mengatur pola aliran sungai agar tidak terjadi bencana banjir di daerah dataran banjir. Morfologi bentang alam fluvial yang tidak terlihat setelah dilakukan rekonstruksi keteknikan adalah tanggul alam (natural leave), dataran banjir, dan lain lain. Dibawah ini akan dijelaskan morfostratigrafi daerah penelitian.

Dari hasil pengamatan di lapangan, banyak terlihat endapan point bar yang merupakan hasil endapan sungai bukan sekarang (endapan sungai sebelumnya). Hal ini dapat dilihat dari tidak ada nya cut of slope sebagai penghasil endapan pada point bar (Lihat gambar 2) . Sungai yang arah alirannya sudah dikontrol oleh konstruksi keteknikan ini sebelumnya adalah sebuah sungai berkelok. Hal ini dikuatkan oleh banyaknya point bar yang dijumpai di pinggiran sungai ini. Dari segi point bar nya saja kita sudah mengetahui bagaimana morfologi sungai ini sebelumnya.
Untuk memperkuat bukti bahwa sungai ini dulunya adalah sebuah sungai berkelok, maka pengamatan berlanjut ke tepian sungai yang sudah dibangun sebuah Sekolah Dasar (SD). Di gerbang masuk SD terlihat tumpukan endapan pasir yang cukup tebal (Lihat Gambar 3). Berjalan sedikit ke arah utara, hipotesa bahwa dulunya sungai ini adalah sungai berkelok semakin kuat karena disini dijumpai endapan pasir yang cukup tebal (lihat Gambar 4). Banyak penambang pasir yang sedang menambang pasir dari singkapan tersebut untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Banyaknya endapan pasir di tepian sungai ini menunjukkan bahwa endapan pasir ini dihasilkan dari endapan sungai sebelumnya (sebelum dilakukan konstruksi keteknikan/bronjong) yang belum terlalu lama karena belum mengalami litifikasi sehingga bisa disebut sebagai endapan kuarter modern. Besar kemungkinan endapan pasir ini adalah sebuah channel deposit.
Satu satunya produk endapan sungai saat ini yang ditemukan di lapangan adalah adanya bentukan channel bar. Channel bar ini terbentuk akibat adanya ground seal yang dibangun untuk mengurangi kekuatan arus sungai (Lihat gambar 5). Berkurangnya arus sungai akibat ground seal menghasilkan sebuah channel bar disetiap ground sealnya