Indonesia
merupakan salah satu negara dengan potensi energi panasbumi terbesar di dunia.
Potensi panasbumi di Indonesia tersebar luas sepanjang pulau Sumatra, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara hingga Sulawesi. Namun hingga sekarang potensi tersebut masih
banyak dikembangkan di Pulau Jawa. Hal ini ditunjukkan oleh data produksi
energi panasbumi Indonesia yang didominasi oleh lapangan yang berada di pulau
Jawa seperti lapangan Salak, Kamojang, Awibengkok, Dieng dan lainnya. Sehingga
perlu dilakukan pengembangan lapangan panasbumi di pulau lain yang tidak kalah
besar jumlah potensi yang dimiliki. Salah satunya adalah potensi panasbumi di
pulau Sumatra.
Selama
ini pengembangan lapangan panasbumi di pulau Sumatra telah dilakukan oleh
beberapa perusahaan namun masih menemukan kendala yang cukup kompleks. Kendala
yang biasanya dihadapi berupa perijinan yang begitu rumit ke berbagai instansi
seperti dinas kehutanan, perkebunan dan lainnya. Dari sisi teknis biasanya
kendala yang dihadapi adalah keadaan geologi pulau Sumatra dengan bentang alam
vulkanik yang cukup kompleks dan dilengkapi oleh kehadiran sesar sepanjang
pulau Sumatra.
Kehadiran
kompleks vulkanik dan sesar sepanjang pulau Sumatra dibentuk oleh aktifitas
tektonik kerak samudra Indo-Australia yang menunjam di bawah kerak benua
Eurasia (Subduction Zone) (Gambar 1). Karena adanya aktifitas
tektonik tersebut terbentuklah sesar sepanjang pulau Sumatra dan sering disebut
sebagai Sumatra Fault Zone (SFZ) (Setijadji, 2015). Sepanjang SFZ terdapat
asosiasi aktifitas vulkanik yang pada akhirnya akan menjadi potensi sumberdaya
panasbumi. Pada tahun 2004 Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM)
melaporkan 84 prospek lapangan panasbumi sepanjang pulau Sumatra (Gambar 2). Prospek tersebut ditandai
dengan terlihatnya manifestasi panasbumi di permukaan berupa mata air panas bicarbonate sulfat, acid sulfat, chloride
water, solfatara, geyser dan lainnya.
Dalam eksplorasi
panasbumi aktifitas vulkanik menjadi salah satu pertimbangan mutlak. Aktifitas
vulkanik yang begitu agresif biasanya dihindari. Jenis vulkanik di pulau
Sumatra berupa gunungapi monogenik yang berada dekat dengan zona SFZ dan
gunungapi poligenik yang berada lebih jauh dari zona SFZ (Setijadji, 2015).
Secara geologi jenis gunungapi ini akan berindikasi pada seberapa besar potensi
sumberdaya, potensi resiko bencana dan lainnya.
Gambar
1. Tectonic setting of Sunda Arc (Setijadji, 2005 dalam Setijadji, 2015)
Identifikasi
masalah ini penting karena peraturan pemerintah yang mengharuskan setiap
perusahaan harus mengetahui berapa banyak potensi panas yang terdapat di bawah
permukaan dan luasan kawasan potensial suatu lapangan. Biasanya perusahaan
melakukan survey geofisika khusunya MT untuk memberikan batasan lapangan
panasbumi dan disandingkan dengan data geokimia manifestasi panasbumi seperti
mata air panas, geyser, solfatasa, dll. Hal ini tidak akan memberikan informasi
yang akurat jika tidak disandingkan dengan informasi geologi seperti tipe
alterasi dan lainnya.
Kawasan vulkanik yang
sebagian besar masuk dalam kawasan konservasi dan taman nasional seringkali
mempersulit perijinan eksplorasi. Sehingga dalam pelaksanaannya eksplorasi
harus memanfaatkan dan memaksimalkan analisa citra dengan efektif dan lengkap
dengan menghasilkan peta tentatif seperti peta geologi, peta struktur geologi,
peta anomali panas, peta alterasi dan peta tentatif lainnya.
Gambar
2. Prospek lapangan panasbumi sepanjang pulau Sumatra (Kementrian ESDM, 2004)
Kehadiran
sesar sepanjang pulau Sumatra perlu diidentifikasi secara detail dengan
melakukan pengukuran langsung ke lapangan dan tidak hanya mengandalkan peta
geologi dan struktur geologi regional. Hal ini sangat berhubungan dengan
pencarian zona permeabel yang biasanya terdapat pada struktur ekstensional.
Setelah mengetahui arah gaya dari pengukuran lapangan maka disebandingkan
dengan arah gaya yang didapatkan melalui analisis struktur geologi berdasarkan
pengolahan citra digital.
Kendala
eksplorasi panasbumi di pulau Sumatra dari segi teknis dapat diselesaikan
dengan melakukan survei geologi secara detail dan efektif. Barikut ini langkah
- langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan penelitian geologi secara detail
dan efektif (Setijadji, 2015) :
1. Melakukan
analisis citra secara detail dan lengkap.
Analisis citra
merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum
survey lapangan. Semua pekerjaan ini dilakukan untuk mengefektifkan
pekerjaan lapangan dengan menghasilkan peta tentatif seperti peta geologi, peta
alterasi, peta struktur, dan peta anomali panas (Gambar 3).
Gambar
3. Peta alterasi tentatif yang dihasilkan dari citra landsat TM (kiri) dan Peta
anomali panas tentative yang dihasilkan dari citra Night TIR band ASTER (kanan)
2. Pemetaan
geologi detail (pengambilan data lapangan)
Setelah mendapatkan
peta tentatif maka dilanjutkan dengan pemetaan geologi langsung di lapangan.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan peta geologi, peta struktur, peta fasies
vulkanik, peta manifestasi panas dan sampel segar untuk kepentingan analisis
petrografi dan XRD.
3. Analisis
lanjutan (pengolahan data)
Semua data lapangan
diolah untuk menghasilkan hasil yang akurat. Analisid petrografi akan
menunjukkan perbedaan unit litologi, komposisi mineral dan tingkat alterasi
sedangkan analisis XRD akan menunjukkan kehadiran mineral sekunder.
4. Semua
langkah - langkah yang dilakukan di atas akan menjelaskan unit litologi,
struktur geologi, interpretasi proses vulkanik, jenis alterasi manifestasi
panas.
5. Semua
langkah di atas akan memperlengkapi data geologi yang diperlukan untuk
disandingkan dengan data geofisika dan data geokimia dalam membangun konseptual
model eksplorasi suatu lapangan.
Pada
akhirnya langkah langkah ini bermanfaat dan berperan dalam keberlanjutan
pengembangan industri panasbumi di Indonesia. Semakin banyak ide dan integrasi
antar bidang ilmu maka akan semakin maju suatu industri.
DAFTAR
PUSTAKA
Kementrian ESDM, 2004, Laporan Badan Geologi, Indonesia
Setijadji, L.D, 2015, Effective Geological Mapping Techniques for Sumatran Geothermal Fields,
Indonesia, Melbourne : Proceedings World Geothermal Congress.
Simandjuntak, T.O. and Barber, A.J.: Contrasting Tectonic Styles in the Neogene
Orogenic Belts of Indonesia. In Hall, R. and Blundell, D.J. (Eds.),
Tectonic Evolution of Southeast Asia, Geological Society Special Publication.
afwan akh,mohon di berikan penjelasan tentang peta potensi panas di sumatera,, kok ngk ada keterangan tentang petanya ya..
BalasHapus