Geologist

Geologist

Minggu, 27 Desember 2015

POTENSI PANASBUMI PULAU SUMATERA

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi panasbumi terbesar di dunia. Potensi panasbumi di Indonesia tersebar luas sepanjang pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Sulawesi. Namun hingga sekarang potensi tersebut masih banyak dikembangkan di Pulau Jawa. Hal ini ditunjukkan oleh data produksi energi panasbumi Indonesia yang didominasi oleh lapangan yang berada di pulau Jawa seperti lapangan Salak, Kamojang, Awibengkok, Dieng dan lainnya. Sehingga perlu dilakukan pengembangan lapangan panasbumi di pulau lain yang tidak kalah besar jumlah potensi yang dimiliki. Salah satunya adalah potensi panasbumi di pulau Sumatra.
Selama ini pengembangan lapangan panasbumi di pulau Sumatra telah dilakukan oleh beberapa perusahaan namun masih menemukan kendala yang cukup kompleks. Kendala yang biasanya dihadapi berupa perijinan yang begitu rumit ke berbagai instansi seperti dinas kehutanan, perkebunan dan lainnya. Dari sisi teknis biasanya kendala yang dihadapi adalah keadaan geologi pulau Sumatra dengan bentang alam vulkanik yang cukup kompleks dan dilengkapi oleh kehadiran sesar sepanjang pulau Sumatra.
Kehadiran kompleks vulkanik dan sesar sepanjang pulau Sumatra dibentuk oleh aktifitas tektonik kerak samudra Indo-Australia yang menunjam di bawah kerak benua Eurasia (Subduction Zone) (Gambar 1). Karena adanya aktifitas tektonik tersebut terbentuklah sesar sepanjang pulau Sumatra dan sering disebut sebagai Sumatra Fault Zone (SFZ) (Setijadji, 2015). Sepanjang SFZ terdapat asosiasi aktifitas vulkanik yang pada akhirnya akan menjadi potensi sumberdaya panasbumi. Pada tahun 2004 Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) melaporkan 84 prospek lapangan panasbumi sepanjang pulau Sumatra (Gambar 2). Prospek tersebut ditandai dengan terlihatnya manifestasi panasbumi di permukaan berupa mata air panas bicarbonate sulfat, acid sulfat, chloride water, solfatara, geyser dan lainnya.
Dalam eksplorasi panasbumi aktifitas vulkanik menjadi salah satu pertimbangan mutlak. Aktifitas vulkanik yang begitu agresif biasanya dihindari. Jenis vulkanik di pulau Sumatra berupa gunungapi monogenik yang berada dekat dengan zona SFZ dan gunungapi poligenik yang berada lebih jauh dari zona SFZ (Setijadji, 2015). Secara geologi jenis gunungapi ini akan berindikasi pada seberapa besar potensi sumberdaya, potensi resiko bencana dan lainnya.


Gambar 1. Tectonic setting of Sunda Arc (Setijadji, 2005 dalam Setijadji, 2015)
Identifikasi masalah ini penting karena peraturan pemerintah yang mengharuskan setiap perusahaan harus mengetahui berapa banyak potensi panas yang terdapat di bawah permukaan dan luasan kawasan potensial suatu lapangan. Biasanya perusahaan melakukan survey geofisika khusunya MT untuk memberikan batasan lapangan panasbumi dan disandingkan dengan data geokimia manifestasi panasbumi seperti mata air panas, geyser, solfatasa, dll. Hal ini tidak akan memberikan informasi yang akurat jika tidak disandingkan dengan informasi geologi seperti tipe alterasi dan lainnya.
Kawasan vulkanik yang sebagian besar masuk dalam kawasan konservasi dan taman nasional seringkali mempersulit perijinan eksplorasi. Sehingga dalam pelaksanaannya eksplorasi harus memanfaatkan dan memaksimalkan analisa citra dengan efektif dan lengkap dengan menghasilkan peta tentatif seperti peta geologi, peta struktur geologi, peta anomali panas, peta alterasi dan peta tentatif lainnya.


Gambar 2. Prospek lapangan panasbumi sepanjang pulau Sumatra (Kementrian ESDM, 2004)

Kehadiran sesar sepanjang pulau Sumatra perlu diidentifikasi secara detail dengan melakukan pengukuran langsung ke lapangan dan tidak hanya mengandalkan peta geologi dan struktur geologi regional. Hal ini sangat berhubungan dengan pencarian zona permeabel yang biasanya terdapat pada struktur ekstensional. Setelah mengetahui arah gaya dari pengukuran lapangan maka disebandingkan dengan arah gaya yang didapatkan melalui analisis struktur geologi berdasarkan pengolahan citra digital.  
Kendala eksplorasi panasbumi di pulau Sumatra dari segi teknis dapat diselesaikan dengan melakukan survei geologi secara detail dan efektif. Barikut ini langkah - langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan penelitian geologi secara detail dan efektif (Setijadji, 2015) :

1.      Melakukan analisis citra secara detail dan lengkap.
Analisis citra merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum  survey lapangan. Semua pekerjaan ini dilakukan untuk mengefektifkan pekerjaan lapangan dengan menghasilkan peta tentatif seperti peta geologi, peta alterasi, peta struktur, dan peta anomali panas (Gambar 3).



Gambar 3. Peta alterasi tentatif yang dihasilkan dari citra landsat TM (kiri) dan Peta anomali panas tentative yang dihasilkan dari citra Night TIR band ASTER (kanan)

2.      Pemetaan geologi detail (pengambilan data lapangan)
Setelah mendapatkan peta tentatif maka dilanjutkan dengan pemetaan geologi langsung di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan peta geologi, peta struktur, peta fasies vulkanik, peta manifestasi panas dan sampel segar untuk kepentingan analisis petrografi dan XRD.
3.      Analisis lanjutan (pengolahan data)
Semua data lapangan diolah untuk menghasilkan hasil yang akurat. Analisid petrografi akan menunjukkan perbedaan unit litologi, komposisi mineral dan tingkat alterasi sedangkan analisis XRD akan menunjukkan kehadiran mineral sekunder.
4.      Semua langkah - langkah yang dilakukan di atas akan menjelaskan unit litologi, struktur geologi, interpretasi proses vulkanik, jenis alterasi manifestasi panas.
5.      Semua langkah di atas akan memperlengkapi data geologi yang diperlukan untuk disandingkan dengan data geofisika dan data geokimia dalam membangun konseptual model eksplorasi suatu lapangan.
Pada akhirnya langkah langkah ini bermanfaat dan berperan dalam keberlanjutan pengembangan industri panasbumi di Indonesia. Semakin banyak ide dan integrasi antar bidang ilmu maka akan semakin maju suatu industri.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian ESDM, 2004, Laporan Badan Geologi, Indonesia
Setijadji, L.D, 2015, Effective Geological Mapping Techniques for Sumatran Geothermal Fields, Indonesia, Melbourne : Proceedings World Geothermal Congress. 

Simandjuntak, T.O. and Barber, A.J.: Contrasting Tectonic Styles in the Neogene Orogenic Belts of Indonesia. In Hall, R. and Blundell, D.J. (Eds.), Tectonic Evolution of Southeast Asia, Geological Society Special Publication.

1 komentar:

  1. afwan akh,mohon di berikan penjelasan tentang peta potensi panas di sumatera,, kok ngk ada keterangan tentang petanya ya..

    BalasHapus