Geologist

Geologist

Rabu, 27 Desember 2017

Negeri di Balik Awan

Aku terbangun pada pukul 03.00 Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA) dan segera berjalan menuju toilet untuk membuang air seni yang sudah tertahan sejak tadi untuk keluar. Dengan muka bantal, aku bergerak sambil angin gelap dini hari menusuk tulang. Aku kembali lagi ke ruangan kecil berukuran 1.5 x 5.5m yang kami pakai untuk ruangan tidur + camp selama tinggal di desa Bu Watuweti, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka.
Aku kembali terlelap. Dingin mengundangku kembali masuk dalam mimpi-mimpi bekerja di perusahaan minyak dengan segala fasilitas terbaiknya. Disekolahkan ke Amerika, traveling keliling Eropa, dll.
Sungguh mimpi yang indah. Indah sekali. Mimpi indah itu segera sirna ketika dingin yang menusuk semakin terasa. Aku terbangun dan menemui seluruh tubuhku telah menempel pada dinding yang terbuat dari semen. Aku didorong oleh Didik yang baru pindah dari Hemock baru kesayangannya.
“woi Dik, geser woi” gerutu ku
 Kucoba untuk melelapkan mata kembali. Gagal. Kucoba lagi. Gagal. Mungkin sudah saatnya bangun dan bangkit dari mimpi-mimpi tadi.

“Huaaayaaam goreng Tudeee Bakaaar ayam rica-ricaaaa” teriak ku menguap mengikuti gaya menguap dengan gaya bahasa orang-orang Minahasa.  

Ku angkat badan yang beratnya mencapai 73 Kg ini. Rasanya segar. Jam tidurku sudah normal kembali.  Kusempatkan lagi pergi ke MCK sebelum kuambil kopi segelas yang sudah disiapkan Pak Andreas Rame pemilik ruangan 1.5 x 5.5m tempat kami tinggal. Kopi nikmat asli Maumere ini sudah sedikit dingin. Ku tafsirkan bahwa kopi ini sudah disiapkan sejak pukul 06.30 WITA. Lima belas menit sebelum aku mengangkat badan gempal ini dari Kasur. Eh salah bukan Kasur. Tikar setebal 1 cm.

“Selamat Pagiiii” ucap pak guru tetangga sebelah kami.
“Selamat Pagi pak guru” ucapku meniru keramahannya disambut senyuman gigi putih yang tertata rapi di wajahnya.

                Sambil ngopi, kami bercerita seputar kondisi desa dan anak didiknya di sekolah. Pak guru adalah panggilan beliau sehari-hari. Karena beliau merupakan satu – satunya guru yang mengajar di SD dan tinggal di desa itu, beliau jugalah orang yang selalu menjadi tempat pengaduan orang tua murid dan warga disana. Mulai dari keluhan surat tanah yang bermasalah, listrik yang padam, alat elektronik yang rusak, serta keluhan keuangan warga. Benar – benar “guru” di segala bidang.  
                Pernah suatu pagi, seperti biasa kami menikmati kopi di teras depan rumah. Tiba – tiba terdengar suara tangisan dari dalam rumah Pak Andreas Rame. Cucunya yang bernama Sesar menjerit menangis kesakitan. Setelah dilihat, ternyata anu nya terjepit resleting celana seragam sekolah. Sekilas langsung ku ingat masa kecilku dulu.


“Hahahaha”. Teriak ku tiba – tiba memecah keheranan kami.


Kami semua, tamu kopi hangat pagi itu, ternyata juga pernah mengalaminya. Kami mulai bercerita pengalaman masing – masing. Sesar harus segera dibawa ke rumah sakit. Pak guru dengan sigap mengantarnya.


BERSAMBUNG...........

Minggu, 27 Desember 2015

POTENSI PANASBUMI PULAU SUMATERA

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi panasbumi terbesar di dunia. Potensi panasbumi di Indonesia tersebar luas sepanjang pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Sulawesi. Namun hingga sekarang potensi tersebut masih banyak dikembangkan di Pulau Jawa. Hal ini ditunjukkan oleh data produksi energi panasbumi Indonesia yang didominasi oleh lapangan yang berada di pulau Jawa seperti lapangan Salak, Kamojang, Awibengkok, Dieng dan lainnya. Sehingga perlu dilakukan pengembangan lapangan panasbumi di pulau lain yang tidak kalah besar jumlah potensi yang dimiliki. Salah satunya adalah potensi panasbumi di pulau Sumatra.
Selama ini pengembangan lapangan panasbumi di pulau Sumatra telah dilakukan oleh beberapa perusahaan namun masih menemukan kendala yang cukup kompleks. Kendala yang biasanya dihadapi berupa perijinan yang begitu rumit ke berbagai instansi seperti dinas kehutanan, perkebunan dan lainnya. Dari sisi teknis biasanya kendala yang dihadapi adalah keadaan geologi pulau Sumatra dengan bentang alam vulkanik yang cukup kompleks dan dilengkapi oleh kehadiran sesar sepanjang pulau Sumatra.
Kehadiran kompleks vulkanik dan sesar sepanjang pulau Sumatra dibentuk oleh aktifitas tektonik kerak samudra Indo-Australia yang menunjam di bawah kerak benua Eurasia (Subduction Zone) (Gambar 1). Karena adanya aktifitas tektonik tersebut terbentuklah sesar sepanjang pulau Sumatra dan sering disebut sebagai Sumatra Fault Zone (SFZ) (Setijadji, 2015). Sepanjang SFZ terdapat asosiasi aktifitas vulkanik yang pada akhirnya akan menjadi potensi sumberdaya panasbumi. Pada tahun 2004 Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) melaporkan 84 prospek lapangan panasbumi sepanjang pulau Sumatra (Gambar 2). Prospek tersebut ditandai dengan terlihatnya manifestasi panasbumi di permukaan berupa mata air panas bicarbonate sulfat, acid sulfat, chloride water, solfatara, geyser dan lainnya.
Dalam eksplorasi panasbumi aktifitas vulkanik menjadi salah satu pertimbangan mutlak. Aktifitas vulkanik yang begitu agresif biasanya dihindari. Jenis vulkanik di pulau Sumatra berupa gunungapi monogenik yang berada dekat dengan zona SFZ dan gunungapi poligenik yang berada lebih jauh dari zona SFZ (Setijadji, 2015). Secara geologi jenis gunungapi ini akan berindikasi pada seberapa besar potensi sumberdaya, potensi resiko bencana dan lainnya.


Gambar 1. Tectonic setting of Sunda Arc (Setijadji, 2005 dalam Setijadji, 2015)
Identifikasi masalah ini penting karena peraturan pemerintah yang mengharuskan setiap perusahaan harus mengetahui berapa banyak potensi panas yang terdapat di bawah permukaan dan luasan kawasan potensial suatu lapangan. Biasanya perusahaan melakukan survey geofisika khusunya MT untuk memberikan batasan lapangan panasbumi dan disandingkan dengan data geokimia manifestasi panasbumi seperti mata air panas, geyser, solfatasa, dll. Hal ini tidak akan memberikan informasi yang akurat jika tidak disandingkan dengan informasi geologi seperti tipe alterasi dan lainnya.
Kawasan vulkanik yang sebagian besar masuk dalam kawasan konservasi dan taman nasional seringkali mempersulit perijinan eksplorasi. Sehingga dalam pelaksanaannya eksplorasi harus memanfaatkan dan memaksimalkan analisa citra dengan efektif dan lengkap dengan menghasilkan peta tentatif seperti peta geologi, peta struktur geologi, peta anomali panas, peta alterasi dan peta tentatif lainnya.


Gambar 2. Prospek lapangan panasbumi sepanjang pulau Sumatra (Kementrian ESDM, 2004)

Kehadiran sesar sepanjang pulau Sumatra perlu diidentifikasi secara detail dengan melakukan pengukuran langsung ke lapangan dan tidak hanya mengandalkan peta geologi dan struktur geologi regional. Hal ini sangat berhubungan dengan pencarian zona permeabel yang biasanya terdapat pada struktur ekstensional. Setelah mengetahui arah gaya dari pengukuran lapangan maka disebandingkan dengan arah gaya yang didapatkan melalui analisis struktur geologi berdasarkan pengolahan citra digital.  
Kendala eksplorasi panasbumi di pulau Sumatra dari segi teknis dapat diselesaikan dengan melakukan survei geologi secara detail dan efektif. Barikut ini langkah - langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan penelitian geologi secara detail dan efektif (Setijadji, 2015) :

1.      Melakukan analisis citra secara detail dan lengkap.
Analisis citra merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum  survey lapangan. Semua pekerjaan ini dilakukan untuk mengefektifkan pekerjaan lapangan dengan menghasilkan peta tentatif seperti peta geologi, peta alterasi, peta struktur, dan peta anomali panas (Gambar 3).



Gambar 3. Peta alterasi tentatif yang dihasilkan dari citra landsat TM (kiri) dan Peta anomali panas tentative yang dihasilkan dari citra Night TIR band ASTER (kanan)

2.      Pemetaan geologi detail (pengambilan data lapangan)
Setelah mendapatkan peta tentatif maka dilanjutkan dengan pemetaan geologi langsung di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan peta geologi, peta struktur, peta fasies vulkanik, peta manifestasi panas dan sampel segar untuk kepentingan analisis petrografi dan XRD.
3.      Analisis lanjutan (pengolahan data)
Semua data lapangan diolah untuk menghasilkan hasil yang akurat. Analisid petrografi akan menunjukkan perbedaan unit litologi, komposisi mineral dan tingkat alterasi sedangkan analisis XRD akan menunjukkan kehadiran mineral sekunder.
4.      Semua langkah - langkah yang dilakukan di atas akan menjelaskan unit litologi, struktur geologi, interpretasi proses vulkanik, jenis alterasi manifestasi panas.
5.      Semua langkah di atas akan memperlengkapi data geologi yang diperlukan untuk disandingkan dengan data geofisika dan data geokimia dalam membangun konseptual model eksplorasi suatu lapangan.
Pada akhirnya langkah langkah ini bermanfaat dan berperan dalam keberlanjutan pengembangan industri panasbumi di Indonesia. Semakin banyak ide dan integrasi antar bidang ilmu maka akan semakin maju suatu industri.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian ESDM, 2004, Laporan Badan Geologi, Indonesia
Setijadji, L.D, 2015, Effective Geological Mapping Techniques for Sumatran Geothermal Fields, Indonesia, Melbourne : Proceedings World Geothermal Congress. 

Simandjuntak, T.O. and Barber, A.J.: Contrasting Tectonic Styles in the Neogene Orogenic Belts of Indonesia. In Hall, R. and Blundell, D.J. (Eds.), Tectonic Evolution of Southeast Asia, Geological Society Special Publication.

Rabu, 08 April 2015

MATIKAN MESIN DAN DORONG MOTOR MU !!! (INDONESIA KRISIS MINYAK)


Ketika menjalani kehidupan keseharian, kita tidak bisa lepas dari listrik. Contoh yang paling sering kita rasakan adalah menggunakan untuk listrik untuk mengisi baterai gadget yang kita miliki. Tak hanya gadget, untuk menyelesaikan pekerjaan dengan komputer dan menonton televisi pun kita sangat butuh listrik. Selain listrik, dalam kehidupan sehari-hari kita juga bergantung pada BBM. BBM yang dimaksud disini adalah Bahan Bakar Minyak bukan Black Berry Massangger loh yaa. BBM sangat diperlukan sebagai bahan bakar kendaraan yang membawa kita ke tempat yang kita tuju. Mau pergi ke sekolah, kantor, kampus dan liburan pun kita menggunakan alat transportasi yang sangat membutuhkan BBM sebagai bahan bakar.
Pernahkan kita membayangkan bagaimana jadinya ketika listrik dan BBM yang sangat kita butuhkan ini langka dan sulit dicari? Satu hal yang pasti ketika hal itu terjadi adalah pekerjaan kita sehari – hari akan sulit dikerjakan. Loh Indonesia kan negara yang kaya sumber daya alamnya? Gak mungkin dong kekurangan minyak? Pertanyaan ini pasti muncul di benak pembaca setelah membaca paragraf awal di atas.
Yup benar sekali. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Indonesia memiliki cakupan wilayah yang cukup luas dan banyak menghasilkan sumber daya alam yang begitu berlimpah ruah. Tapi jangan lupa manusia yang hidup di Indonesia juga banyak banget. Semua manusia yang hidup di bumi Indonesia juga harus bisa menikmati semua kekayaan itu. Dan apakah dengan adanya pernyataan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam berarti bahwa Indonesia adalah negara kaya minyak?Tunggu dulu. Untuk hal yang satu ini kita perlu review beberapa fakta peristiwa yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Tujuh tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2008, Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC (Organisation of the Petroleoum Exporting Counteries) yang merupakan organisasi negara-negara di dunia pengekspor minyak.  Hal ini dilakukan pemerintah Indonesia karena pasokan minyak dalam negeri tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga Indonesia harus impor minyak dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dari peristiwa itu saja dapat kita simpulkan bahwa  agak salah jika kita tetap mengatakan bahwa Indonesia adalah negara kaya minyak.
Indonesia sekarang ini hanya mampu memproduksi minyak sekitar 700.000 barrel minyak per hari sedangkan kebutuhan akan minyak di Indonesia sekitar 1.500.000 barrel per hari. Angka konsumsi minyak ini diprediksi akan bertambah dari tahun ke tahun. Mau tidak mau Indonesia harus segera menggenjot eksplorasi minyak secara besar-besaran.
Selain dengan menggenjot eksplorasi minyak secara masif, masyarakat Indonesia perlu menyadari keadaan genting ini.  Pola konsumsi minyak di Indonesia yang terbilang boros juga banyak menyumbang tingginya peningkatan konsumsi minyak di Indonesia. Jangan sampai pola konsumsi yang boros ini menjadi budaya masyarakat Indonesia. Hal ini akan membawa dampak yang sangat tidak baik untuk negara ini.
Emang pola konsumsi yang boros itu gimana sih? Yang boros itu misalnya seperti mungkin tetangga sebelah anda atau anda sendiri yang TV nya selalu nyala sampai pagi padahal gak ada yang nonton. Salah satu contoh boros lainnya yang tidak disadari oleh masyarakat di Indonesia adalah pada saat antri isi bensin di SPBU. Coba aja deh pergi ke pom bensin terdekat di siang hari. Pasti anda akan melihat kendaraan yang sedang ngantri untuk isi bensin dan coba dilihat pasti kebanyakan dari yang ngantri tidak mematikan kendaraannya pada saat mengantri.
Setelah melakukan survei di beberapa SPBU yang ada di Yogyakarta, ternyata hasil surveinya adalah dari 10 motor yang ngantri, hanya 2 motor yang mematikan kendaraannya. Dan saat ditanya mengapa tidak mematikan kendaraan, 7 dari 8 pemilik motor memberi alasan lupa. 1 pemilik motor lainnya memiliki alasan masih cukup jauh jaraknya dari pompa sehingga tetap dinyalakan karena capek mendorong. Ketika 2 kendaraan yang mematikan motor pada saat ngantri ditanya mengapa mematikan kendaraannya, keduanya menjawab supaya irit bensin.
Lupa mematikan kendaraan pada saat antri di SPBU adalah hal yang lumrah dan manusiawi. Namun sebenarnya hal ini bisa juga disebabkan karena banyak orang yang tidak sadar akan krisis energi saat ini. Untuk alasan jauh dari pompa masih bisa dimaklumi namun pengendara ini juga akan turun dan mendorong motornya kalau dia tau bahwa Indonesia saat ini sedang krisis energi (dalam hal ini minyak). Memangnya ada efeknya kalo motornya dimatikan? Pasti ada dong. Andai saja kendaraan ini dimatikan pada saat antri di SPBU,  si pemilik motor sebenarnya bisa menghemat pengeluarannya untuk BBM dan dapat membantu negara menghemat penggunaan bahan bakar fosil di negara ini.
 Coba dibayangkan saja berapa pom bensin yang ada di kota kita? Setelah itu tinggal dikalikan saja jumlah SPBU dan jumlah kendaraan yang tidak dimatikan pada saat mengantri BBM di SPBU? Dari jumlah itu kita bisa membayangkan berapa jumlah BBM yang harusnya bisa kita hemat hanya dengan mematikan kendaraan pada saat antri BBM di SPBU. Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian yang detail akan hal ini. Penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui berapa banyak angka yang sebenarnya dapat dihemat oleh negara ini.  
Dari survei di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengendara yang lupa mematikan kendaraan pada saat ngantri di SPBU sebenarnya adalah hal yang lumrah karena pengendara kendaraan tersebut tidak tahu bahwa BBM di Indonesia sekarang ini dalam keadaan kekurangan. Mungkin diperlukan suatu terobosan baru untuk memberikan informasi keadaan minyak sekarang kepada pengendara yang akan mengisi BBM di SPBU yaitu dengan cara memasang plang tulisan di depan SPBU yang bertuliskan “Matikan Mesin Dan Dorong Motor Mu !!! (Indonesia Krisis Minyak)”.
            Tulisan ini terutama ditujukan kepada pengendara sepeda motor yang akan mengisi BBM di SPBU. Dengan adanya tulisan ini diharapkan setiap pengendara motor yang mengantri BBM di SPBU tersentuh hatinya untuk mematikan motornya. Sehingga pola konsumsi minyak di Indonesia dapat terkontrol dengan baik dan penggunaannya semakin menjadi lebih efektif.
Sebenarnya dengan adanya tulisan ini, masyarakat merasa terbantu dalam mengetahui  keadaan minyak di Indonesia. Dan ketika ada kebijakan pemerintah yang akan menaikkan atau menurunkan harga minyak, masyarakat jadi lebih tau secara transparan dan diharapkan dapat mengurangi demonstrasi yang sering tidak tertib karena kenaikan harga BBM. Hanya dengan memasang tulisan ini di setiap SPBU, kita dapat menghemat secara besar-besaran dan membantu mencerdaskan kehidupan bangsa secara regional pula.

Jika hal ini berhasil nantinya, mungkin metode ini bisa dijadikan sebagai pengontrol konsumsi energi di bidang lain. Misalnya dalam mengontrol perilaku masyarakat terhadap pemakaian listrik, pengembangan energi terbarukan, dan yang lainnya. Dengan adanya perhatian pemerintah dalam menerapkan metode ini semoga manusia Indonesia semakin cerdas dalam mengonsumsi energi untuk kehidupan manusia (anak,cucu) di masa depan.




Tulisan ini juga bisa dibaca di link berikut :
http://writingcontest-total.bisnis.com/artikel/read/20150330/404/417484/matikan-mesin-dan-dorong-motor-mu-indonesia-krisis-minyak


Rabu, 07 Januari 2015

Gunung Batok

Gunung Batok

Gunung Batok memiliki umur yang sama dengan Gunung Bromo. Kedua gunung ini merupakan bagian dari sistem Gunung Api yang terbentuk setelah terbentuknya Kaldera Tengger. Gunung Batok memiliki ketinggian yang hampir sama dengan Gunung Bromo di sebelahnya.

Ciri khas dari Gunung Batok adalah memiliki litologi scoria dengan ciri khas struktur vesicular. Diinterpretasikan bahwa Gunung Batok ini adalah sebuah scoria cone yang terbentuk setelah pembentukan Kaldera Tengger. Scoria ini berciri sebagai berikut : warna cokelat kemerahan, struktur vesicular, komposisi material amorf.



Gunung Batok menyajikan pemandangan yang sangat bagus dan kebanyakan orang menggambarkan Gunung Batok adalah struktur Gunung yang ideal karena bentuknya persis seperti kerucut yang khas. Setiap tahunnya gunung ini merupakan target yang dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun wisatawan lokal ketika hari libur. Selain wisatawan, Gunung ini merupakan salah satu sarana pembelajaran Vulcanologist Indonesia maupun dunia.
Gunung ini  menyajikan pola penyaluran radial yang khas dan sangat ideal. Hal ini bisa terbentuk karena litologi dari Gunung Batok ini adalah batuan yang fragmental. 

Kamis, 01 Januari 2015

MORFOSTRATIGRAFI SUNGAI CODE BAGIAN SELATAN JEMBATAN TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

MORFOSTRATIGRAFI SUNGAI CODE BAGIAN SELATAN JEMBATAN TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
Nico Andreas Nainggolan
(11/314056/TK/38033)
Teknik Geologi UGM


I.            PENDAHULUAN
Penelitian morfostratigrafi kuarter penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan proses geologi dan pengaruhnya terhadap pembangunan serta pengembangan suatu daerah yang berada dalam endapan kuarter. Daerah penelitian berada dalam bentang alam fluvial yaitu sungai Code, tepatnya di sebelah selatan Jembatan Teknik UGM (Universitas Gadjah Mada). Titik kordinat berada di UTM 430612-9141910. Sungai Code merupakan bagian aliran dari sungai Boyong di hulu. Pada awalnya peneliti membuat hipotesa bahwa sungai Code merupakan sungai teranyam (braided stream) yang berubah menjadi sungai berkelok (meander stream). Penelitian dilakukan dengan metode pengamatan langsung di lapangan. Dalam pengamatan di lapangan banyak sekali hal yang bisa dipahami dengan menerapkan salah satu hukum geologi yang dicetuskan oleh James Hutton yaitu The Present is the Key to the Past.
II.          MORFOSTRATIGRAFI
Secara harafiah kata morfostratigrafi berasal dari bahasa yunani yaitu morpho yang berarti geometri, dan stratigraphy ( strata dan graheic ) strata artinya lapisan dan grpheic artinya grafik. Berdasarkan kata tersebut dapat disimpulkan bahwa morfostratigrafi merupakan pembagian atau pengelompokan bentukan alam berdasarkan bentukan morfologinya. Pembentukan morfologi pada suatu waktu akan menjelaskan sejarah dan prosesnya. Seiring proses yang berlangsung terus menerus dalam skala waktu bisa saja terjadi proses berbeda dan menghasilkan bentukan morfologi yang berbeda di tempat yang sama.
III.             MORFOSTRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
Daerah penelitian berada di bagian selatan jembatan teknik UGM dengan dimensi panjang sungai ±75 m dan lebar sungai 15 m, stadia sungai dewasa.  Di bagian utara terdapat aliran sungai, bagian barat terdapat gedung SD (Sekolah Dasar), di bagian timur terdapat kebun warga dan di bagian selatan terdapat aliran sungai. Morfologi bentang alam fluvial yang terlihat di daerah penelitian adalah chanel bar, point bar. Selain morfologi yang dibentuk oleh alam tersebut, terdapat juga bentukan morfologi hasil konstruksi keteknikan. Sungai telah direkonstruksi untuk keperluan keteknikan dengan tujuan mengatur pola aliran sungai agar tidak terjadi bencana banjir di daerah dataran banjir. Morfologi bentang alam fluvial yang tidak terlihat setelah dilakukan rekonstruksi keteknikan adalah tanggul alam (natural leave), dataran banjir, dan lain lain. Dibawah ini akan dijelaskan morfostratigrafi daerah penelitian.

Dari hasil pengamatan di lapangan, banyak terlihat endapan point bar yang merupakan hasil endapan sungai bukan sekarang (endapan sungai sebelumnya). Hal ini dapat dilihat dari tidak ada nya cut of slope sebagai penghasil endapan pada point bar (Lihat gambar 2) . Sungai yang arah alirannya sudah dikontrol oleh konstruksi keteknikan ini sebelumnya adalah sebuah sungai berkelok. Hal ini dikuatkan oleh banyaknya point bar yang dijumpai di pinggiran sungai ini. Dari segi point bar nya saja kita sudah mengetahui bagaimana morfologi sungai ini sebelumnya.
Untuk memperkuat bukti bahwa sungai ini dulunya adalah sebuah sungai berkelok, maka pengamatan berlanjut ke tepian sungai yang sudah dibangun sebuah Sekolah Dasar (SD). Di gerbang masuk SD terlihat tumpukan endapan pasir yang cukup tebal (Lihat Gambar 3). Berjalan sedikit ke arah utara, hipotesa bahwa dulunya sungai ini adalah sungai berkelok semakin kuat karena disini dijumpai endapan pasir yang cukup tebal (lihat Gambar 4). Banyak penambang pasir yang sedang menambang pasir dari singkapan tersebut untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Banyaknya endapan pasir di tepian sungai ini menunjukkan bahwa endapan pasir ini dihasilkan dari endapan sungai sebelumnya (sebelum dilakukan konstruksi keteknikan/bronjong) yang belum terlalu lama karena belum mengalami litifikasi sehingga bisa disebut sebagai endapan kuarter modern. Besar kemungkinan endapan pasir ini adalah sebuah channel deposit.
Satu satunya produk endapan sungai saat ini yang ditemukan di lapangan adalah adanya bentukan channel bar. Channel bar ini terbentuk akibat adanya ground seal yang dibangun untuk mengurangi kekuatan arus sungai (Lihat gambar 5). Berkurangnya arus sungai akibat ground seal menghasilkan sebuah channel bar disetiap ground sealnya





Selasa, 30 April 2013

INTERPRETASI TIDAL FLAT


INTERPRETASI TIDAL FLAT


PROSES
Tidal flat merupakan salah satu sistem pengendapan sedimen yang berada di zona transisi antara daratan dan lautan. Sistem ini akan mencampur sedimen yang berasal dari darat (terrigenous) dengan marine (Ginsburg 1975).
Proses sedimentasi pada sistem ini didominasi oleh arus pasang surut namun tidak menutup kemungkinan pengaruh gelombang juga berperan penting pada saat deposisi berlangsung. Namun harus didukung juga oleh pasokan sedimen yang cukup. Pada saat arus naik disebut flood tide sedangkan pada saat arus turun disebut ebb tide (Samboogs Jr). Arus tidal (pasang surut) yang naik dan turun tersebut menjadi sebuat media transportasi sedimen hingga terdeposisi di zona transisi.
Pada sistem ini, kekuatan arus ada 2 level yaitu :
-          Low tide level
-          High tide level
Low tide level
Low tide level artinya arus yang memiliki arus yang lemah. Baik itu pada saat ebb tide maupun flood tide. Dengan kekuatan yang low tide, maka akan mengendapkan sedimen berukuran dominan pasir.
High tide level
High tide level artinya arus yang memiliki arus kuat (tinggi). Baik itu pada saat ebb tide maupun flood tide. Dengan arus yang high tude makan akan mengendapkan sedimen berukuran dominan mud (clay dan silt).
Kecepatan arus tidal sangat mempengaruhi sedimen yang tertransport dan terdeposisi. Semakin high maka akan mendeposisi sedimen berukuran halus (muddy). Sedangkan jika lambat (low), maka akan mendeposisi sedimen berukuran pasir. Sedimen berukuran pasir akan membentuk riple, dune, cross bedding.


 PENGENDAPAN

Sistem tidal (arus pasang surut) berada di zona transisi antara laut dan daratan. 
Lingkungan pengendapan tidal dibagi menjadi 3 zona yaitu : subtidal, intertidal dan supratidal.
Subtidal zone
-          Di daerah subtidal, sedimen tertransport dan terendapkan secara bedload dan dominan sedimennya pasir. Daerah subtidal didominasi oleh pengaruh besarnya arus tidal dan kecepatan arus namun dipengaruhi juga oleh gelombang. Daerah ini merupakan daerah low tide level.
-          Intertidal zone
Berada diantara low tide level dan high tide level. Sistem sedimentasi yang berlangsung adalah bedload dan suspended load sehingga hasilnya berupa litologi mud dan pasir. Namun tidak terdapat vegetasi.
-          Supratidal zone
Merupakan zona pengendapan high tide level. Ada juga tidal channel yang di isi oleh arus pasang surut yang extrem. Zona ini hampir di daratan dan kadang kadang tidak terkena arus pasang surut. Proses sedimentasi di zona ini adalah dominan suspension( suspended load).Ciri khas dari zona ini adalah terdapat juga vegetasi. Di daerah yang kering (arid), sedimen yang berasal dari laut akan mengalami pengendapan evaporit dan menjadi batuan evaporit seperti gipsum dan sebagainya.
sumber : Samboggs Jr, 

FASIES

Hasil endapan arus pasang surut akan menghasilkan ukuran yang menghalus ke arah pantai. Pada zona yang energi tinggi dan dekat dengan arus pasang surut yang rendah (low tide level) akan mengendapkan sedimen berukuran pasir (<5% mud). Sedangkan pada energi rendah dan arus pasang surut yang tinggi (high tide level) akan mengandung mud yang > 95%. Hasil pengendapan juga akan mengandung material dari laut yang berupa hewan laut seperti moluska dll.








DAFTAR PUSTAKA

Samboogs Jr, Principle of sedimentology and stratigraphy
Enciklopedia of sedimentary and stratigraphy


Kamis, 03 Januari 2013

Lingkungan Pengendapan Transisi dan Laut : Sistem Pulau Penghalang (Barrier island)


Lingkungan Pengendapan Transisi dan Laut : Sistem Pulau Penghalang
(Barrier island)


ABSTRAK
Sedimen diendapkan pada beberapa lingkungan pengendapan. Sedimen terendapkan pada lingkungan darat, transisi dan laut. Sistem pulau penghalang atau sering disebut barrier island merupakan salah satu sistem pada lingkungan pengendapan transisi dan laut. Barrier island merupakan tumpukan sedimen hasil gelombang dan proses angin. Terendapkan dipengaruhi oleh arus tidal. Barrier island biasanya terendapkan secara bertahap maupun langsung. Barrier terpisah dengan mainland(daratan). Barrier island mempunyai luas berkisar kurang dari 100m. Pada umumnya barrier island akan luas ketika supplai sedimen sangat berlimpah dan relatif sempit ketika erosi tinggi. Panjangnya tidak hanya dipengaruhi oleh banyak suplai sedimen tetapi juga oleh gelombang dan arus tidal dari laut.
            Barrier island merupakan gabungan dari tiga lingkungan yang berbeda. Ketiganya adalah subtidal-subaerial barrier-beachcomplex. Biasanya dibelakang barrier island terdapat estuari, lagoon, atau marsh. Barrier island ditemukan dibelahan dunia manapun kecuali antartika.
SISTEM PULAU PENGHALANG (BARRIER ISLAND)
Sistem pulau penghalang (barrier island) terbentuk pada relief pesisir yang rendah, dan continental shelves nya dapat menyediakan tempat untuk mengendapkan sedimen. Selain itu, ketika air pasang, sedimen dapat diendapkan menuju ke darat. Pada umumnya barrier terdapat pada 3 zona yaitu : beach, barrier interior, dan the landward margin. Daratan-pantai dan sistem pulau penghalang merupakan kumpulan sedimen yang lengkap. Bentuknya memanjang sebagai hasil pengendapan yang sejajar dengan garis pantai. Berbeda dengan sistem pengendapan lain seperti estuarine, bay, yang sifatnya memotong garis pantai. Sedimen yang dominan pada lingkungan pengendapan ini adalah pasir. Pasir pada sistem ini sangat tebal. Ketebalannya dapat mencapai 10-20 m (Reineck and Singh, 1980). Ketika barrier island terbentuk dan terendapkan, maka sedimen akan tergradasi dari darat hingga back barrier.

Beach deposits

Gambar 1. Beach hingga offshore(sumber : Encyclopedia of sediments and sedimentary rocks by Gerald V Midleton)


Beach deposits terbentuk pada muka pantai atau foreshore yang merupakan intertidal zone. Memanjang dari arus pasang yang rendah ke arus pasang yang tinggi yang dipengaruhi oleh gelombang. Sedimen pada foreshore biasanya didominasi oleh sedimen halus ke pasir sedang tetapi ada juga hamburan kerikil dan kerakal. Struktur sedimen yang terbentuk adalah laminasi yang dibentuk oleh arus yang datang dan arus balik. Tipis, dan mineral berat kadang kadang muncul. Mungkin akan terbentuk dune hingga antidune pada saat arus balik (backwash).
Shoreface deposits
Shoreface terbentuk pada lingkungan yang memanjang pengaruh arus yang lemah pada pantai hingga dasar gelombang yang terendah. Dasar gelombang merupakan kedalaman gelombang yang mendekati dasar laut. Kedalaman dasar gelombang pada shoreface biasanya sekitar 10-15 m, namun kedalaman ini dapat berubah secara signifikan ketika terjadi badai. Upper shoreface deposits terbentuk pada lingkungan yang didominasi oleh arus gelombang yang kuat dan arus sepanjang pantai (longshore currents). Struktur sedimen yang terbentuk adalah cross-bed. Ada juga terdapat trace fosil seperti skolithos namun tidak melimpah. Middle shoreface terbentuk dibawah kondisi energi yang tinggi yang dapat menghancurkan gelombang berasosiasi dengan longshore and rip currents. Sedimen yang terendapkan pasir halus-pasir sedang dengan silt yang minoritas. Lower shoreface  terbentuk pada kondisi energi yang relatif rendah. Mengandung pasir – pasir yang sangat halus namun mungkin mengandung silt and clay. Struktur sedimen yang terbentuk adalah perlapisan silang siur, planar stratification dll.

Back barrier

Back barrier terendapkan pada daratan barrier beaches. Terbentuk pada saat badai membawa gelombang dan memotong penghalang (barrier). Didominasi oleh butiran sedimen pasir yang berukuran halus hingga medium. Struktur sedimen yang terbentuk adalah laminasi planar dalam skala yang kecil hingga besar.


Gambar 2. Teori pembentukan Pulau penghalang (barrier island) (sumber : Encyclopedia of sediments and sedimentary rocks by Gerald V Midleton)


Pembentukan barrier island
  
Ada tiga teori yang membahas tentang   pembentukan barrier island (pulau penghalang) yaitu :
1.      Offshore Bar accretion oleh de Beamount, 1854
2.      Spit Accretion and breaching oleh Gilbert, 1885
3.      Mainland Detachment oleh Hoyt, 1967

Ketiga teori ini muncul dengan keunikannya. Sekarang mari kita bahas ketiganya.
1.      Offshore Bar Accretion (de Beamount, pada tahun 1854)
Menurut de Beamount, gelombang dari laut membawa sedimen yang dari laut ke offshore secara bertahap. Pada awalnya gelombang membawa sedikit sedimen, setelah itu gelombang yang lain membawa sedikit sedimen lain. Hingga akhirnya banyak sedimen yang terendapkan pada offshore hingga nantinya menjadi barrier island. Namun teori ini tidak disepakati karena pada daerah offshore bisa saja terjadi arus balik yang dapat menghancurkan sedimen yang sudah diendapkan sebelumnya. Sehingga kecil kemungkinan terendapkan sedimen menjadi pulau penghalang (barrier island).
2.      Spit Accretion and braeching
Menurut Gilbert, 1885 pulau penghalang terbentuk karena terbentuknya spit pertama kali. Spit itu mengalami hancuran (breaching) oleh badai gelombang sehingga terbentuk pulau penghalang.





3.      Maindland datachment
Teori ini dikemukakan oleh hoyt pada tahun 1967. Ia berpendapat bahwa pulau penghalang (barrier island) terbentuk oleh pengarus sea level yang naik-turun. Pada saat sea level turun, maka akan terendapkan sedimen setelah itu pada saat sea level kembali naik, maka otomatis akan mengendapkan sedimen yang lebih tinggi lagi. Hal ini marupakan kronologi pembentukan pulau penghalang (barrier island).

Tipe Morfologi Barrier Island

Bentuk barrier, stabilitas, dan proses erosional atau pengendapannya sangat dipengaruhi oleh suplai sedimen, kenaikan sea level, dan juga topografi dari daratannya. Ada dua tipe bentukan barrier yaitu :

1.      Prograding
Barriier yang terbentuk pada saat menuju ke darat (seaward direction). Prograding terbentuk dengan suplai sedimen yang melimpah pada saat periode yang stabil atau pada saat sea level naik dengan lambat. Pasir ini berasal dari offshore sources. Contohnya Provinceland spit pada utara Cape Cod.
Gambar 3. Progradation (sumber : Encyclopedia of sediments and sedimentary rocks by Gerald V Midleton)

1.      Retrograding
Pada saat suplai pasir yang tidak mencukupi untuk bolak balik dengan sea level yang naik. Menurut Moslow dan Colquhoun (1981) pasokan sedimen yang tidak cukup membentuk retrogradational. Ketika jumlah pasir yang berkontribusi terhadap barrier sedikit maka pasir akan tertransportasi dari barrier. Pasir akan hilang pada saat badai, tertransport pada saat erosional dll.
 Gambar 4. Retrogradational (sumber : Encyclopedia of sediments and sedimentary rocks by Gerald V Midleton)

Stratigrafi pulau penghalang (Barrier Island)

Barrier memperlihatkan variasi bentukan dengan tipe sedimen yang berbeda. Stratigrafi barrier terdiri dari butiran, mineral, dan banyak yang mencirikan sebuah endapan barrier. Beberapa hal yang mempengaruhi hal itu adalah suplai sedimen, kenaikan sea level, energi gelombang dan arus, iklim, dan topografi daratan pada saat barrier berkembang menjadi sebuah endapan stratigrafi. Faktor lain yang mempengaruhi ketebalan barrier adalah akomodasi wadah yang tersedia untuk mengakumulasi sedimen pada barrier.
Sekuen stratigrafi barrier biasanya mengandung endapan cerukan tidal, khususnya barrier yang memanjang di pesisir dimana tidal inlets (cerukan tidal) terbuka dan tertutup. Karena pada daerah ini merupakan daerah yang aktif. Ada istilah yang disebut up drift dan down drift. Updrift adalah pada saat barrier memanjang (elongates) sedangkan downdrift adalah pada saat barrier menurun (retreats).
Tipe morfosedimen barrier prograding memiliki tipikal reggresive stratigraphy karena tipe ini terbentuk pada arah arus yang menuju ke daratan ketebalan barrier nya sekitar 10-20 m biasanya mengandung butiran pasir yang halus dan lanau (silt). Urutan barier terdiri dari pasir nearshore, endapan pantai, dan pasir dune yang terbentuk. Terbentuk juga struktur coarsening up ward . Sedangkan tipe morfosedimen barrier retrograding terbentuk berlawanan dengan prograding, sehingga bertipikal transgresive stratigraphy . Jika barrier turun cukup jauh dari landward (daratan) maka terendapkan pada dasar sekuen. Pada keadaan ini kita dapat menemukan akar pohon, tanah, dan endapan yang lainnya tak terkecuali silt dan clay. Disekitar cerukan tidal akan ditemukan channel dan floodtidal delta sands. Pada banyak kasus, barrier dipengaruhi oleh dua faktor yaitu seaward dan landward. Hal ini dapat terjadi karena suplai sedimen dan ketinggian dari naiknya sea level. Contohnya suatu sekuen sedimen barrier yang jarang hanya terendapkan dune, lagoonal deposits dll tetapi tidak seperti endapan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
                                         Gambar 5. Transgresion dan Regresion

Kesimpulan
-          Barrier island terbentuk di lingkungan transisi
-          Pembentukan barrier island ada 3 toeri yaitu :
1.      Offshore Bar accretion oleh de Beamount, 1854
2.      Spit Accretion and breaching oleh Gilbert, 1885
3.      Mainland Detachment oleh Hoyt, 1967
Namun pada akhirnya ketiga ini dapat terbentuk sesuai dengan kondisi di tepat yang sebenarnya
-          Di setiap pulau penghalang (barrier island) terbentuk dengan proses yang berbeda – beda
-          Beberapa hal yang mempengaruhi variasi barrier island adalah suplai sedimen, kenaikan sea level, energi gelombang dan arus, iklim, dan topografi daratan pada saat barrier berkembang menjadi sebuah endapan stratigrafi.
-          Ada 2 tipe morfosedimen barrier island yaitu prograding dan retrograding








DAFTAR PUSTAKA

Boggs Sam, 2006 Principle of Sedimentary and Stratigraphy New Jersey : Prentice Hall

Midleton V Gerald, 2003 Encyclopedia of sediments and sedimentary rocks Canada : Springer

Surjono S Sugeng , 2009  Sedimentologi Yogyakarta : Jurusan Teknik Gologi FT UGM